Oleh: Ramadhansyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang
sangat penting dan mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia adalah subjek dan
objek pendidikan. Manusia adalah makhluk pendidik dan dapat dididik.[1]
Pendidikan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat ditandai dengan
kemajuan dan kecanggihan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah menciptakan tradisi dan budaya baru dalam peradaban. Perkembangan
tersebut mempunyai pengaruh yang sangat luas ke dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam hal ini adalah bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan investasi jangka panjang, apa yang akan terjadi beberapa tahun
mendatang tidak lepas dari apa yang dilakukan pada saat ini.
Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
haruslah menyiapkan mereka untuk dapat hidup di masa sekarang dan yang akan
datang. Disadari atau tidak sedang menuju era globalisasi. Dimana pelaku dunia
pendidikan harus menyesuaikan diri dengan derap kemajuan teknologi dan
informasi di era tersebut. Pengaruh globalisasi ini semakin terasa banyaknya
informasi dalam berbagai bentuk media, baik cetak maupun elektronik. Maka
pendidikan yang dikembangkan sekarang harus mengikuti perkembangan teknologi
pula.
Adanya era globalisasi sudah seharusnya
diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Sebab era globalisasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), khususnya dalam bidang pendidikan, saat
ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.[2]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin mendorong usaha-usaha pembaharuan dalam penggunaan
hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar termasuk pelajaran agama
Islam. Para pendidik diharuskan untuk dapat memanfaatkan alat-alat yang
disediakan oleh lembaga pendidikan, dan tidak menutup kemungkinan bahwa
alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Pendidikan Islam sebagai suatu sistem
memiliki sifat yang fleksibel terhadap perkembangan kehidupan sepanjang masa,
tanpa menghilangkan prinsip-prinsip nilai yang mendasarinya. Hal ini dapat
terjadi karena tuntutan di bidang ilmu dan teknologi selalu mengalami
perubahan. Dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
maka pendidikan Islam selalu bersikap mengarahkan dan mengendalikan. Sehingga
nilai-nilai dasar yang bersumber dari ajaran Islam dapat berfungsi dalam
kehidupan manusia.[3]
Kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam sampai pada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan agama Islam
bisa menggunakan perangkat teknologi.
Dalam menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran untuk menunjang proses
belajar mengajar PAI. Dengan pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran
tentunya diharapkan dapat menemukan cara baru dalam pembelajaran di
sekolah/madrasah dan demi menghadapi tantangan kemajuan tersebut.
Dengan mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam, apakah dapat membantu pendidikan dalam
pelajaran PAI serta lebih meningkatkan pemahaman dan penghayatan agama Islam
bagi peserta didik?. Maka dalam makalah ini, penulis tertarik untuk melihat
lebih jauh tentang integrasi teknologi dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep integrasi teknologi dalam pembelajaran?
2. Bagaimana
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran PAI?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran
1. Definisi
Integrasi Teknologi
Dalam kamus Wikipedia mendefinisikan, “technology integration is defined as the
use of technology to enhance and support the educational environment.”[4]
Maksudnya adalah integrasi teknologi didefinisikan sebagai penggunaan
teknologi untuk meningkatkan dan mendukung lingkungan pendidikan. Roblyer
mendefinisikan “the
media born of the communication revolution which can be used for instructional
purposes and a systematic way of designing, carying out, and evaluating the
total process of learning and teaching.”[5] Artinya
adalah sebagai media yang lahir dari revolusi
komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran dan cara merancang,
mengulurkan, dan mengevaluasi keseluruhan proses pembelajaran dan pengajaran.
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa integrasi teknologi adalah suatu media yang meliputi proses
dan alat yang digunakan untuk menunjang pembelajaran.
Empat perspektif yang mendefinisikan
teknologi pendidikan.
Jika teknologi pendidikan dipandang sebagai proses dan alat, penting untuk memulai dengan memeriksa empat perspektif sejarah yang berbeda mengenai proses dan alat ini, yang semuanya telah membantu membentuk praktik terkini di lapangan, yaitu:
Jika teknologi pendidikan dipandang sebagai proses dan alat, penting untuk memulai dengan memeriksa empat perspektif sejarah yang berbeda mengenai proses dan alat ini, yang semuanya telah membantu membentuk praktik terkini di lapangan, yaitu:
a.
Perpektif 1: Teknologi pendidikan sebagai media dan
komunikasi audiovisual. Perpektif ini tumbuh dari gerakan audiovisual (AV) pada
tahun 1930an, ketika instruktur pendidikan tinggi mengusulkan bahwa media
seperti slide dan film menyampaikan informasi dengan cara yang lebih konkret,
dan karena itu lebih efektif daripada ceramah dan buku. Gerakan ini
menghasilkan komunikasi audiovisual atau "cabang teori dan praktik
pendidikan yang terutama berkaitan dengan perancangan dan penggunaan pesan yang
mengendalikan proses pembelajaran" (Seattler, 1990). Pandangan teknologi
pendidikan sebagai media untuk menyampaikan informasi terus mendominasi bidang
pendidikan. dan industri komunikasi. Pada akhir tahun 1986, Satuan Tugas
Nasional untuk Teknologi Pendidikan menyamakan teknologi pendidikan dengan
media, memperlakukan komputer hanya sebagai media lain (Saettler, 1990).[6]
b.
Perpektif 2: Teknologi pendidikan sebagai sistem pembelajaran
dan desain pembelajaran. Pandangan ini berasal dari pelatih militer dan
industri pasca Perang Dunia II yang dihadapkan pada masalah mempersiapkan
sejumlah besar personil dengan cepat. Berdasarkan studi efisiensi dan teori
pembelajaran dari psikologi pendidikan, mereka menganjurkan penggunaan
pendekatan sistematis dan terencana yang lebih terencana untuk mengembangkan
bahan dan prosedur pelatihan yang seragam dan efektif. Pandangan mereka
didasarkan pada keyakinan bahwa sumber daya manusia (guru) dan non manusia
(media) dapat menjadi bagian dari sistem yang efisien untuk menangani kebutuhan
instruksional. Oleh karena itu mereka menyamakan "teknologi
pendidikan" dengan "solusi masalah pendidikan". Teori-teori
behavioristik yang awalnya didominasi dan teori kognitif kemudian diutamakan.
Pada 1990-an, teori pembelajaran populer mengkritik pendekatan sistem karena
terlalu kaku untuk mendorong beberapa jenis pembelajaran. Dengan demikian,
tampilan teknologi pendidikan saat ini sebagai sistem pengajaran yang terus
berkembang.
c.
Perpektif 3: Teknologi pendidikan sebagai pelatihan
kejuruan, - juga dikenal sebagai pendidikan teknologi, perspektif ini bermula
dengan pelatih industri dan pendidik kejuruan pada tahun 1980an. Mereka percaya
bahwa fungsi penting pembelajaran di sekolah adalah mempersiapkan siswa untuk
dunia kerja di mana mereka akan menggunakan teknologi dan (2) bahwa pelatihan
kejuruan dapat menjadi sarana praktis untuk mengajarkan semua bidang konten
seperti matematika, sains, dan bahasa. Pandangan ini membeli tentang pergeseran
paradigma utama dalam pelatihan kejuruan sekolah dari kurikulum seni industri
yang berpusat pada pertukangan / logam dan grafik / toko percetakan menuju
kursus pendidikan teknologi yang diajarkan di laboratorium yang dilengkapi
dengan stasiun teknologi tinggi seperti publikasi desktop, Computer Assisted Design (CAD), dan sistem robotik.[7]
d. Perpektif 4:
Teknologi pendidikan sebagai sistem komputer, pandangan ini dimulai pada tahun
1950-an dengan munculnya komputer dan mendapatkan momentum ketika mereka mulai
digunakan dalam pembelajaran pada tahun 1960an. Ketika para pekerja komputer
mulai mengubah praktik bisnis dan industri, kedua pelatih mulai melihat bahwa
komputer juga memiliki potensi untuk membantu pengajaran. Sejak komputer
memasuki kelas di tahun 1960an sampai sekitar tahun 1990, perspektif ini
dikenal sebagai komputasi pendidikan dan mencakup aplikasi pendukung pembelajaran
dan administratif. Pada awalnya, programmer dan analis sistem menciptakan semua
aplikasi. Tetapi pada tahun 1970an, banyak pendidik yang sama mulai melihat
komputer sebagai bagian dari kombinasi sumber daya teknologi, termasuk media,
sistem pembelajaran, dan sistem pendukung berbasis komputer. Pada titik ini,
komputasi pendidikan dikenal sebagai teknologi pendidikan.[8]
2.
Bahan untuk keberhasilan integrasi teknologi:
a.
Dasar teori belajar - karena teknologi digunakan untuk
melakukan strategi pembelajaran, penting untuk mulai dengan melihat dua teori
persaingan yang sangat berbeda tentang bagaimana pembelajaran harus dilakukan
dan memeriksa bagaimana berbagai macam strategi integrasi berasal darinya.
b.
Pengetahuan konten pedagogis teknologi -
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan seseorang dalam integrasi teknologi
sangat penting. Dengan demikian, kerangka kerja untuk membimbing penilaian dan
pemibahasan pengembangan pengetahuan guru.
c.
Model perencanaan integrasi - untuk isu prosedural dan
"orang-orang" yang terlibat dalam integrasi teknologi, dapat dilihat
model perencanaan dan mendiskusikan bagaimana guru dapat menggunakannya untuk
merencanakan pelajaran berbasis teknologi.
d.
Kondisi esensial untuk integrasi - Masyarakat
Internasional untuk Teknologi dalam Pendidikan (ISTE) mengemukakan bahwa
strategi berbasis teknologi bekerja paling baik bila kondisi optimal tersedia
untuk mendukungnya.[9]
3. Beberapa
Model Strategi dalam Integrasi Teknologi
Penting untuk diketahui bahwa
masing-masing strategi integrasi yang dijelaskan di sini menangani kebutuhan
instruksional spesifik yang diidentifikasi oleh ahli teori dan praktisi
pendidikan, yaitu:[10]
a. Strategi
integrasi teknologi berdasarkan model terarah.
(1)
Integrasi untuk memperbaiki kelemahan yang
diidentifikasi atau penurunan keterampilan - Konstruktivis mengatakan bahwa
siswa harus belajar prasyarat keterampilan karena mereka melihat kebutuhan
mereka dalam kelompok atau kegiatan individual. Namun, pengajar berpengalaman mengetahui
bahwa bahkan siswa yang termotivasi tidak selalu belajar keterampilan seperti
yang diharapkan.
(2)
Integrasi untuk mempromosikan kelancaran atau
keotentikan keterampilan - beberapa keterampilan prasyarat harus diterapkan
dengan cepat dan tanpa usaha sadar agar menjadi sangat berguna. Siswa
membutuhkan ingatan dan kinerja yang cepat dari berbagai keterampilan melalui
kurikulum, termasuk fakta matematika, gramar, dan tata bahasa yang sederhana.
Beberapa siswa mendapatkan keaslian melalui penggunaan keterampilan secara berulang
dalam situasi praktis.
(3)
Integrasi untuk mendukung efisiensi, belajar mandiri, ketika
siswa termotivasi sendiri dan memiliki kemampuan untuk menyusun pembelajaran
mereka sendiri, metode yang paling diminati seringkali adalah yang menawarkan
jalur tercepat dan paling efisien. Terkadang para siswa ini tertarik pada topik
yang tidak tercakup di kelas atau yang tidak disediakan oleh guru. Pembelajaran
yang diarahkan untuk para siswa ini seringkali dapat didukung oleh tutorial pembelajaran
dan pembelajaran yang dirancang dengan baik dan lokakarya pembelajaran jarak
jauh yang mandiri.
(4)
Integrasi untuk mendukung tinjauan
konsep yang serba guna, ketika siswa meliput sejumlah topik dari waktu ke
waktu, mereka biasanya memerlukan tinjauan sebelum beristirahat untuk membantu
mereka mengingat dan mengkonsolidasikan konsep. Terkadang siswa tidak hadir
saat pembelajaran yang diberikan di kelas atau memerlukan waktu tambahan untuk
memahami materi dan mengingatnya.[11]
b. Strategi
integrasi teknologi berdasarkan konstruktivis.
(1) Integrasi
untuk menumbuhkan pemecahan masalah kreatif dan metakognisi.
Walaupun kebanyakan orang mengakui
pentingnya siswa yang memiliki basis pengetahuan tentang keterampilan dan
informasi khusus, hal ini juga menjadi bukti bahwa dunia kita terlalu kompleks
dan teknis bagi siswa untuk belajar lebih dulu dari segalanya. mereka mungkin
perlu untuk masa depan.
(2) Integrasi
untuk membantu membangun model mental dan meningkatkan transfer pengetahuan.
Masalah pengetahuan inert diyakini
muncul saat siswa belajar keterampilan dalam isolasi dari aplikasi masalah.
Bila siswa kemudian menghadapi masalah yang membutuhkan keterampilan, mereka
tidak menyadari bagaimana keterampilan itu bisa menjadi relevan. Bahan
pemecahan masalah dalam format visual sangat memungkinkan siswa untuk membangun
model mental yang kaya masalah yang harus dipecahkan.
(3)
Integrasi untuk menumbuhkan keterampilan kerja sama
kelompok.
Satu bidang keterampilan yang saat ini
diidentifikasi sebagai fokus penting bagi upaya sekolah untuk merestrukturisasi
kurikulum adalah kemampuan bekerja kooperatif dalam kelompok
untuk memecahkan masalah dan mengembangkan produk. Meskipun sekolah tentu bisa mengajarkan kerja
sama tanpa sumber daya teknologi, semakin banyak bukti dokumen apresiasi siswa
tentang bekerja sama karena lebih memotivasi dan lebih mudah dicapai ketika
menggunakan teknologi.
(4)
Integrasi untuk memungkinkan beberapa kecerdasan
majemuk.
Strategi integrasi dengan aktivitas kerjasama
dalam kelompok juga memberi guru cara untuk memungkinkan siswa memiliki kemampuan
yang sangat beragam untuk memberikan kontribusi yang berharga atas istilah
mereka sendiri. Karena setiap siswa yang dipandang
sebagai anggota kelompok penting dalam kegiatan ini, kegiatan itu sendiri
dipandang sebagai masalah bagi kelompok-bukan solusi individual. Strategi ini
memiliki implikasi untuk meningkatkan harga diri siswa dan untuk meningkatkan
kesediaan mereka untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk mempelajari tugas.
Hal ini juga memungkinkan siswa untuk melihat bahwa mereka dapat saling
membantu menyelesaikan tugas dan dapat belajar dari satu sama lain maupun dari
guru atau dari media.[12]
c. Mengaktifkan
strategi integrasi yang berguna dengan model yang baik.
Beberapa strategi integrasi memiliki
peran pendukung yang lebih umum untuk petunjuk dan dapat melengkapi kebutuhan model
yang baik, yaitu:[13]
(1) Integrasi
untuk menghasilkan motivasi belajar
Guru yang bekerja dengan siswa berisiko
mengatakan bahwa menangkap minat dan antusiasme siswa adalah kunci kesuksesan,
seringkali, mereka menyebutnya sebagai tantangan terberat mereka. Beberapa
pendidik menyatakan bahwa para siswa yang berorientasi pada televisi saat ini
cenderung menuntut lebih banyak kualitas motivasi dalam pengajaran mereka
daripada siswa pada generasi sebelumnya. Konstruktivis berpendapat bahwa
instruksi harus memenuhi kebutuhan afektif siswa dan juga pengetahuan mereka,
dengan mengatakan bahwa siswa akan belajar lebih banyak jika apa yang mereka
pelajari menarik dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Mereka merekomendasikan kualitas
Internet dan multimedia yang sangat visual dan interaktif sebagai dasar
strategi ini. Pendukung metode yang diarahkan membuat klaim serupa tentang
lingkungan pembelajaran yang sangat terstruktur. Mereka mengatakan bahwa
beberapa siswa merasa sangat memotivasi untuk belajar dengan kecepatan mereka
sendiri di lingkungan pribadi karena mereka menerima umpan balik segera
mengenai kemajuan mereka. Tampaknya jelas bahwa strategi integrasi yang tepat
untuk mengatasi motivasi bergantung pada kebutuhan
siswa, baik strategi konstruktivis maupun integrasi langsung dapat digunakan
untuk meningkatkan motivasi belajar.
(2)
Integrasi untuk mengoptimalkan sumber daya yang langka
Sumber daya terkini dan jumlah personil
di sekolah jarang optimal. Banyak materi yang tentunya dijelaskan di bab
selanjutnya dapat membantu menebus kurangnya sumber daya yang dibutuhkan di
sekolah atau kelas - dari persediaan habis pakai hingga guru yang berkualitas.
Misalnya, program drill dan praktik dapat menawarkan pengajaran dalam topik
yang tidak banyak diminati oleh guru lokal, dan simulasi dapat memungkinkan
siswa mengulang eksperimen tanpa menghabiskan persediaan bahan kimia atau bahan
lainnya.
(3) Integrasi
untuk menghilangkan rintangan logistik untuk dipelajari.
Beberapa alat teknologi tidak menawarkan
urutan atau tugas pembelajaran namun membantu siswa menyelesaikan tugas belajar
dengan lebih efisien. Alat ini mendukung pembelajaran yang diarahkan dengan
menghapus atau mengurangi rintangan logistik untuk belajar. Misalnya, program
pengolah kata tidak mengajarkan siswa bagaimana cara menulis, tapi mereka
membiarkan siswa menulis dan menulis ulang dengan lebih cepat, tanpa kerja
tulisan tangan. Perangkat lunak CAD tidak mengajarkan kepada siswa bagaimana
merancang dan fitur untuk melihat tampilannya seperti sebelum membangun model
atau struktur. Kalkulator memungkinkan siswa melakukan perhitungan tingkat yang
lebih rendah sehingga mereka dapat berfokus pada konsep matematika tingkat
tinggi. CD-ROOM mungkin hanya berisi satu set gambar kehidupan laut, namun
memungkinkan seorang guru menggambarkan konsep tentang makhluk laut lebih cepat
dan mudah daripada yang bisa dia dapatkan dengan buku.[14]
(4) Integrasi
untuk mengembangkan literasi informasi dan kemampuan melek visual.
Dasar pemikiran yang mendasari banyak
strategi integrasi arahan dan konstruktivis yang paling
populer adalah kebutuhan untuk memberi siswa praktik dalam menggunakan metode
modern untuk mengkomunikasikan informasi. Misalnya, ketika siswa menggunakan
perangkat lunak presentasi dan bukan kardus untuk memberi laporan, mereka
mendapatkan pengalaman untuk kelas kuliah dan tawaran bisnis, di mana
presentasi berbasis komputer adalah norma. Menggunakan teknologi untuk
berkomunikasi secara visual mewakili keterampilan Informasi Usia yang
dibutuhkan siswa baik untuk pendidikan tinggi maupun di tempat kerja.
B. Integrasi Teknologi dalam
Pembelajaran PAI
Dalam bidang pendidikan, teknologi
ini sudah diadopsi dan digunakan dalam berbagai dimensi. Dalam bidang
pembelajaran, penelitian, dan metode pembelajaran. Dalam bidang pendidikan
agama, pendekatan teknologi sangat diperlukan untuk menghadirkan kualitas mutu
pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam sangat membutuhkan sentuhan
teknologi dan informasi dalam proses pembelajarannya sehingga akan menimbulkan
dampak karakter yang baik.
Menyampaikan materi Agama Islam sangat
membutuhkan metode, alat dan cara yang tepat agar hasilnya dapat optimal dan
sesuai harapan. Terlebih dalam hal pendidikan, dimana yang menjadi subyek
pembelajaran adalah individu manusia yang memiliki akal dan hati, maka
persiapan yang baik dalam segala hal sangat mutlak diperlukan. Dan pemilihan
metode pengajaran yang benar bagi seorang guru akan dapat mamaksimalkan
hasil-hasil pendidikan itu sendiri. Pada tataran inilah, diketahui bahwa
keberadaan metode pengajaran jauh lebih memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.[15]
Banyak kalangan menilai bahwa metode
pembelajaran agama Islam yang berjalan saat ini masih sebatas transfer nilai
dengan pendekatan hafalan. Bahkan Mastuhu menyatakan bahwa metode pembelajaran
yang berlaku saat ini masih bersifat klasik, dalam arti mewariskan sejumlah
materi ajaran agama yang diyakini benar untuk disampaikan kepada anak didik
tanpa memberikan kesempatan kepada mereka agar menyikapi materi-materi tersebut
secara kritis, mengoreksi, mengevaluasi dan mengomentarinya.[16]
Namun demikian bukan berarti metode
menghafal, misalnya, tidak bisa dipakai dan harus begitu saja dikesampingkan.
Dalam hal-hal tertentu metode ini masih perlu dipakai, seperti untuk menghafal
ayat-ayat suci Al Qur’an, hadits, dan sejarah Islam. Namun yang perlu dicatat
bahwa perhatian yang tidak proporsional terhadap metode menghafal oleh guru
akan berdampak buruk pada siswa. Guru harus melakukan kombinasi terhadap berbagai
metode yang ada yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Implementasi Pembelajaran Agama
Islam melalui pendekatan teknologi dapat diterapkan dalam beberapa hal berikut
ini:
1. Al-Qur’an Hadis
Saat ini, al-Qur’an sudah
dicetak tidak hanya dalam bentuk naskah, tetapi juga dalam bentuk digital.
Materi pembalajaran Al-Qur’an dapat disampaikan melalui CD-CD dan program
al-Qur’an digital, sehingga peserta lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Dalam bidang fashohah dan makharijul huruf, seorang guru bisa memutar CD di yang berisi suara salah satu qori’ ternama.
Anak didik diminta menirukan apa yang mereka dengar dari CD dengan bimbingan
guru. Hal ini bisa dilakukan berulang-ulang sampai anak didik dianggap bisa.
Agar anak didik mempunyai kesempatan lebih dalam belajar al-Qur’an mereka bisa
mengkopi CD yang dimiliki agar bisa dipelajari secara mandiri di rumah atau
dimanapun mereka sempat.
2. Aqidah Akhlaq
Pembelajaran materi Akidah,
sikap dan karakter, lebih menarik jika disajikan dalam bentuk studi kasus. Guru
memutar tayangan-tayangan kasus moral yang terjadi di masyarakat, siswa bisa
mengamati dan mendiskusikan kondisi masyarakatnya. Cara yang lain, guru bisa
menugasi anak didik untuk mengunjungi orang atau komunitas tertentu yang
“kekurangan” untuk selanjutnya belajar dari mereka bagaimana mereka menjalani
hidup. Dalam hal ini anak didik diminta membuat laporan yang dilengkapi dengan
dokumentasinya baik berupa foto atau rekaman kegiatan. Selanjutnya pada hari
yang ditentukan mereka diminta mempresentasikan di kelas dan didiskusikan
bersama.
3. Fiqih
Materi fikih adalah materi
yang sangat kontekstual. Sangat banyak ditemui implementasinya di lingkungan
anak didik. Dari permasalahan diri sendiri, keluarga dan sosial
masyarakat. Materi haji dan umroh, misalnya, disamping guru menjelaskan
secara langsung bagaimana cara yang benar melakukan haji dan umroh sesuai
dengan teori yang ada dalam referensi fiqih, tidak ada salahnya guru memperkaya
dengan menunjukkan kepada siswa pembelajaran haji seperti yang ada di CD yang
telah banyak beredar di pasaran. Dengan melihat langsung tayangan tersebut,
anak didik akan memiliki kesan tersendiri meskipun tidak dijalaninya secara
langsung.
4. Sejarah Kebudayaan Islam
Materi sejarah kebudayaan
Islam bisa dimuat dalam bentuk audio visual, misalnya gambar dan video animasi
kisah perjalanan para sahabat Nabi, perjuangan para penyebar Islam di Indonesia
seperti wali songo.
KESIMPULAN
Dari pembahasan
di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Integrasi teknologi dalam
pembelajaran adalah sebagai media yang lahir dari revolusi
komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran dan cara merancang,
mengulurkan, dan mengevaluasi keseluruhan proses pembelajaran dan pengajaran. Beberapa
model strategi dalam integrasi teknologi, yaitu: (a) strategi
integrasi teknologi berdasarkan model terarah, (b) strategi integrasi teknologi
berdasarkan konstruktivis, (c) mengaktifkan strategi integrasi yang berguna
dengan model yang baik.
2. Implementasi Pembelajaran Agama Islam melalui
pendekatan teknologi dapat diterapkan dalam beberapa mata pelajaran seperti
al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa
Arab.
Daradjat,
Zakiah. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, cet
viii. Jakarta: Bumi Akasara
http://murnikumaulid.blogspot.co.id/2014/10/pembelajaran-tik-di-sekolah.html,
diakses pada tanggal 26 Oktober 2017
https://en.wikipedia.org/
Junaidi.
2001. Modul Pengembangan ICT (Information
& Communication Technology) Materi Peningkatan Kualitas Guru Pendidikan
Agama Islam (GPAI) tingkat Sekolah Dasar (SD). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Republik Indonesia
Mastuhu.
2000. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum; Dinamika Pemikiran
Islam di Perguruan Tinggi, Wacana Tentang Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu
Roblyer,
Margaret D. & Aaron H. Doering. 2010. Integrating
Educational Technology into Teaching, Fifth Edition. Boston: Person Education Inc
Zulkifli, Dr.,
M.Si., M.Pd. 2014. Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Sejahtera Kita
[1] Dr. Zulkifli M, M.Si., M.Pd., Ilmu Pendidikan (Jakarta: Sejahtera
Kita, 2014), h. 1
[2] Junaidi, Modul Pengembangan ICT (Information & Communication Technology) Materi
Peningkatan Kualitas Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) tingkat Sekolah Dasar
(SD), Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia, 2001, cet I, h. 10
[3] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi
Akasara, 2009), cet viii, h. 87
[4] https://en.wikipedia.org/
[5] Margaret D. Roblyer & Aaron
H. Doering, Integrating Educational
Technology into Teaching, Fifth Edition
(Boston: Person Education Inc, 2010), h. 6
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Ibid., h. 7
[9] Ibid., h. 33
[10] Ibid., h. 45
[11] Ibid.
[12] Ibid., h. 48
[13] Ibid., h. 49
[14] Ibid.
[15]http://murnikumaulid.blogspot.co.id/2014/10/pembelajaran-tik-di-sekolah.html,
diakses pada tanggal 26 Oktober 2017
[16] Mastuhu, Pendidikan Agama Islam di PerguruanTinggi Umum; Dinamika Pemikiran
Islam di Perguruan Tinggi, Wacana Tentang Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2000), h. 57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar